TEMPO.CO, Jakarta - PT Indika Energy Tbk. membukukan pendapatan sebesar US$ 2.077,2 juta atau turun 25,4 persen dibandingkan US$ 2.782,7 juta pada tahun sebelumnya. Penurunan pendapatan perseroan terutama disebabkan oleh menurunnya Pendapatan Kideco Jaya Agung (Kideco) sebesar 20,6 persen.
"Hal ini diakibatkan harga jual batu bara rata-rata yang menurun sebesar 16,1 persen dari US$ 45,1 menjadi US$ 37,8 per ton pada tahun 2020 dan volume penjualan yang juga berkurang sebesar 5,4 persen dari 34,9 juta ton menjadi 33,0 juta ton," kata Wakil Direktur Utama dan CEO Indika Energy Azis Armand dalam keterangan tertulis, Selasa, 6 April 2021.
Anak-anak perusahaan lainnya seperti Petrosea juga mencatat penurunan pendapatan sebesar 28,5 persen dari US$ 476,4 juta pada 2019 menjadi US$ 340,7 juta pada 2020 karena berkurangnya kontrak pertambangan dan Engineering and Construction.
Kemudian Mitrabahtera Segara Sejati (MBSS) mencatat penurunan pendapatan 29,5 persen dari US$ 77,8 juta menjadi US$ 54,9 juta pada tahun 2020 karena menurunnya volume barging dan transhipment.
Sementara itu, pendapatan Tripatra turun 35,2 persen dari US$ 462,3 juta menjadi US$ 299,4 juta karena berkurangnya pendapatan dari proyek BP Tangguh, serta sudah terlaksananya proyek Vopak. Laba Kotor tahun 2020 tercatat menurun 40,5 persen dari US$ 426,7 juta menjadi US$ 253,9 juta.
Laba usaha juga turun sebesar 60,0 persen dari US$ 289,5 juta menjadi US$ 115,9 juta. Beban Penjualan, Umum dan Administrasi tercatat meningkat 0,6 persen dari US$ 137,2 juta menjadi US$ 138,0 juta pada tahun 2020 karena naiknya beban terkait dengan upaya perseroan untuk menjaga kinerja operasional dari dampak pandemi COVID-19 dan
bertambahnya jumlah karyawan yang terlibat dalam pengembangan proyek baru di dalam Indika Energy Group.